Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Imam al-Ghazali.

Oleh: Dr. Muhammad Ardiansyah

HUJJATUL ISLAM | Nabi Muhammad SAW adalah manusia mulia. Pujian itu langsung datang dari Allah SWT, Sang Pencipta, “Sungguh engkau benar-benar berakhlaq yang agung” (QS al-Qalam : 4). Setelah pujian ini, sebanyak apapun hinaan yang datang, maka tidak akan menurunkan derajat beliau. Sebaliknya, penghinaan itu justru akan menghancurkan pelakunya. Sekarang atau nanti, pasti ada masanya.

Tentang pribadi dan kehidupan Nabi Muhammad SAW, telah banyak ditulis. Sejak dulu sampai hari ini, oleh ulama Muslim sampai ilmuwan non-Muslim. Penulis yang jujur, akan mengakui keagungan Sang Nabi dalam tulisannya. Bahkan jika ingin lebih mengkaji dan merenungi sirah nabawiyah, bisa jadi kalangan non-Muslim itu mendapat hidayah. Diawali dengan mengucap syahadat, dilanjutkan dengan amal shaleh secara istiqamah.

Salah satu yang menulis tentang Nabi Muhammad SAW adalah Imam Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali. Sosok ulama hebat yang dikenal dengan gelar Hujjatul Islam. Pandangannya tentang Kanjeng Nabi ditulis di kitab Ihya’ ‘Ulumiddin. Sebuah karya monumental yang belum berhenti dikaji sampai hari ini.

Imam al-Ghazali menulis tentang Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari seperempat kitab adat dari Ihya’ ‘Ulumiddin. Dia meringkas adab-adab Rasulullah SAW dan akhlaq beliau yang tertulis dari sumber-sumber yang terpercaya. Hanya saja, metode penulisan al-Ghazali tanpa menyebutkan lengkap sanadnya. Hal itu karena tujuan utama penulisan bagian ini untuk meneguhkan keimanan dan mengokohkannya dengan menyaksikan adab-adab Rasulullah SAW. Dengan demikian diharapkan kita semakin yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling mulia, paling tinggi kedudukannya dan paling agung.

Di muqaddimah pembahasan, al-Ghazali menulis

“Sesungguhnya adab zahir itu tanda adab batin. Gerak langkah anggota tubuh adalah buah yang terlintas di dalam hati. Segala amal adalah manifestasi dari akhlaq, adab, adalah inti dari ilmu. Rahasia-rahasia hati adalah tempat pembenihan semua perbuatan dan sumber-sumbernya. Cahaya-cahaya rahasia inilah yang memancar ke seluruh anggota tubuh, lalu menghiasinya, menampakkan kemudian mengganti hal-hal yang dibenci dan jahat, menjadi hal-hal yang baik. Barangsiapa yang tidak tunduk hatinya, maka tidak tunduk pula anggota tubuhnya. Barangsiapa yang di hatinya tidak ada cahaya ketuhanan, maka tidak akan nampak keindahan adab-adab Nabi pada anggota tubuhnya.”

Jadi, pembahasan sosok Nabi Muhammad SAW tidak bisa dipisahkan dari pembahasan adab dan akhlaq. Sepertinya pesan itu yang ingin disampaikan oleh al-Ghazali. Ini penting agar umat bukan hanya mengenal Nabi Muhammad SAW, tapi meneladani adab dan akhlaq yang mulia. Nabi Muhammad SAW adalah insan adabi, insan kamil yang hatinya suci. Maka siapapun yang ingin mendapatkan adab-adab Nabi, dia wajib mengawali dengan menyucikan hati.

Selanjutnya al-Ghazali menegaskan, bahwa Allah SWT mendidik Rasul-Nya itu dengan al-Qur’an. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW senantiasa memohon agar Allah SWT memperindah kepribadiannya dengan adab yang baik dan akhlaq yang mulia. Permohonan beliau dikabulkan sesuai janji-Nya. Kemudian, Allah turunkan al-Qur’an kepada beliau dan mendidiknya dengan al-Qur’an. Maka jadilah akhlaq Nabi Muhammad SAW itu al-Qur’an.

Menurut al-Ghazali, Allah SWT mendidik Rasul-Nya itu dengan ayat-ayat yang terkandung di dalam al-Qur’an. Misalnya, Allah mendidiknya agar berbuat kebaikan dan berpaling dari orang-orang bodoh (QS al-A’raf : 199). Allah juga mendidik beliau agar berbuat adil dan ihsan, membantu kerabat, menjauhi perbuatan keji dan munkar ( QS al-Nahl : 90). Adab lainnya yang ditanamkan juga agar Nabi Muhammad SAW menahan emosi, memaafkan sesama (QS Ali ‘Imran : 134). Nabi Muhammad SAW juga dididik agar tidak mudah berperasangka buruk, tidak mencari keburukan orang lain, dan tidak menggunjing mereka (QS al-Hujurat : 12).

Menurut al-Ghazali, pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an semacam ini sangat banyak. Nabi Muhammad SAW memang menjadi tujuan utama pendidikan model ini. Kemudian, cahaya adab ini terpancar ke seluruh umat manusia. Benar pendapat al-Ghazali ini. Ta’dib dari Allah SWT bukan hanya dihapal, tapi juga diamalkan dalam dirinya. Nabi Muhammad SAW bukan sebatas memberi contoh kebaikan, tapi dirinya sendiri menjadi contoh kebaikan. Oleh karena itu, umatnya mudah mencari petunjuk kehidupan, karena modelnya sangat terang seterang matahari.

Selanjutnya al-Ghazali menyebutkan satu per satu akhlaq mulia Nabi Muhammad SAW. Antara lain, sangat penyabar, pemberani, adil, pandai menjaga diri, dermawan dan sebagainya. Satu akhlaq lain yang disebutkan al-Ghazali adalah, Nabi Muhammad SAW tidak membalas perbuatan jahat orang lain kepada dirinya, kecuali jika hal itu sifatnya menggangu kemuliaan Allah SWT.

Adab-adab lainnya yang dibahas al-Ghazali berkaitan dengan adab Nabi ketika berbicara, tertawa, makan, berpakaian, memaafkan kesalahan orang, Kedermawanannya, keberaniannya, ketawadhu’annya, yang sangat indah seluruhnya. Misalnya, Nabi Muhammad SAW sangat fasih bahasanya dan manis kata-katanya. Bahasanya singkat, padat tapi penuh manfaat. Beliau makan yang ada, tidak meminta yang tidak ada. Senang makan berjama’ah dan tak lupa bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan yang diterimanya. Cara dan gaya berpakaian Nabi Muhammad SAW pun sederhana. Tidak berlebihan apalagi dengan berbagai perhiasan. Senang dengan pakaian berwarna hijau, meskipun kebanyakan pakaiannya berwarna putih.

Nabi Muhammad SAW juga orang yang tidak pendendam. Beliau mudah memaafkan orang lain meskipun mampu jika ingin membalasnya. Musuh yang sudah menyerah tidak dibunuhnya. Padahal sebelumnya, musuh itu coba membunuh beliau. Jangan tanya kedermawanannya. Satu riwayat ini cukup menjadi buktinya. Ada seorang pemuda diberi kambing yang sangat banyak. Lalu pemuda itu kembali ke kaumnya dan berkata “Mari masuk Islam. Sungguh Muhammad itu jika memberikan sesuatu, seperti orang yang tidak takut miskin.” Nabi Muhammad SAW juga manusia paling pemberani. Setiap perang, posisi beliau selalu paling depan dan dekat dengan musuh. Dengan keberaniannya itu, beliau tetap tawadhu’. Memenuhi undangan orang miskin, memperbaiki sendalnya sendiri, menjahit bajunya dan ramah terhadap anak-anak. Tak segan Nabi mengucapkan salam lebih dulu kepada bocah-bocah yang ditemuinya.

Secara fisik, al-Ghazali menuturkan bahwa Nabi Muhammad SAW bertubuh ideal. Tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu pendek. Kulitnya putih, wajahnya rupawan bagaikan indahnya bulan purnama. Keindahan fisiknya semakin bertambah indah dengan nama-nama yang indah seperti Muhammad, Ahmad, al-Mahi, al-Aqib, al-Hasyir, dan sebagainya.

Kemudian al-Ghazali membahas mu’jizat Nabi Muhammad SAW Dan tanda-tanda kebenarannya. Menurutnya, orang yang telah mengetahui hal ihwal Nabi Muhammad SAW, adab dan akhlaqnya, maka tidak akan terbayang sosok pembohong dan penipu pada pribadi Rasulullah SAW. Bahkan, al-Ghazali menegaskan, adab dan akhlaq Nabi Muhammad SAW itu adalah saksi yang pasti yang menunjukkan kebenarannya.

Terakhir, al-Ghazali menutup pembahasannya dengan pernyataan yang tegas “Alangkah dungunya orang yang memandang hal ihwal Nabi Muhammad SAW, sabda-sabdanya, perbuatan-perbuatannya, akhlaqnya, mu’jizatnya, keberlangsungan syariatnya sampai hari ini, kemudian tersebar di seluruh alam, raja-raja pun mengakui, baik yang hidup di masanya ataupun sesudahnya, bahwa beliau hidup sebagai yatim, lalu orang itu menentang kebenarannya. Dan alangkah besarnya taufiq untuk orang yang mengimani Nabi Muhammad SAW, membenarkannya, dan mengikutinya dalam setiap ajaran yang dibawanya.”

Masih banyak pandangan al-Ghazali yang belum saya tulis di sini. Untuk lebih lengkap silakan rujuk kitab Ihya’ ‘Ulumiddin yang monumental itu. Intinya adalah pengenalan kita kepada sosok Nabi Muhammad SAW hendaknya membuat kita semakin beradab dan berakhlaq mulia. Orang yang menghina manusia mulia tidak akan menjadi mulia. Sebaliknya, kemuliaan itu hanya bisa diraih dengan mengikuti jalan manusia mulia. Semoga bisa kita amalkan.

Sholluu ‘alaa Muhammad

Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Pembina RUHI

Scroll to Top