Kesan Dosen Universitas Ibn Khaldun Bogor terhadap buku Mutiara Pemikiran Imam al-Ghazali

Oleh: Dr. Rahmatul Husni

HUJJATUL ISLAM | Buku ini menghidupkan kembali ruh dari Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn, karya agung Imam Al Ghazali yang dulu saya kaji di masa sekolah dan kuliah. Masa-masa melingkar bersama orang-orang yang tulus, yang tak hanya membahas ilmu, tapi juga menangis saat bicara tentang hati dan adab.

Tahun 2022, saya dan rekan sekelas saat S3 sempat menulis dan mempresentasikan paper berjudul, “Moderation of Islamic Education According to Al-Ghazali”. Tapi saat saya membaca buku ini, saya kembali tersadar bahwa ilmu saja tidak cukup.

Tulisan-tulisan di buku ini terasa lebih reflektif, lebih menembus. Mungkin karena ditulis oleh orang-orang yang berguru langsung secara konsisten dengan beliau (Ustadz Dr. Muhammad Ardiansyah), yang juga bertahun-tahun konsisten mengkaji dan menghidupkan pemikiran Imam Al Ghazali.

Membaca buku ini sambil mengawasi anak-anak bermain di halaman, mata saya berkaca-kaca.

Ada 21 tulisan dalam buku ini, dengan fokus yang berbeda, ditulis oleh penulis dengan latar belakang beragam. Mulai dari dosen, ibu rumah tangga, dokter, psikolog, hingga mahasiswa. Perbedaan latar belakang itu justru membuat buku ini kaya perspektif sekaligus terasa membumi.

Isinya membahas berbagai sisi kekhasan Imam Al Ghazali. Tentang perjalanan spiritual dan intelektual beliau, karya-karyanya yang mendalam, urgensi keikhlasan dalam menuntut ilmu, penyakit kebodohan dan cara menyembuhkannya, pentingnya tazkiyatun nafs sejak kecil, aqidah yang jernih, serta makna terdalam dari shalat yang khusyu’. Dan masih banyak mutiara lainnya yang bisa direnungkan perlahan.

Buku ini bukan hanya tentang teori. Tulisan-tulisannya mengajak kita menelusuri jalan pulang. Kembali kepada hati, kembali kepada Allah, dengan cara yang sangat human. Tidak menghakimi, tapi mengajak. Tidak menggurui, tapi menuntun.

Kalau Anda sedang kehilangan arah, atau merasa kering padahal sudah banyak belajar agama, mungkin yang hilang bukan ilmunya. Tapi ruhnya.

Dan buku ini bisa jadi titik awal untuk menemukan kembali ruh itu… ruh keikhlasan, ruh taubat, ruh muhasabah, dan ruh cinta kepada Allah.

Scroll to Top